Hasan al-BAshri adalah ulama besar yang disegani siapa saja dan perkataannya didengarkan siapa saja. Suatu hari para budak di kota Basrah datang menemuinya. Mereka meminta padanya agar dalam khotbah Jumatnya menyerukan kepada para penguasa dan orang kaya untuk membebaskan para budak. Sebab al-Quran menyerukan pembebasan budak. Tabiin besar itu hanya mengangguk dan berkata lirih, “Insya Allah.”
Saat hari Jumat tiba, para budak menanti khotbah sang Imam. Khotbah yang membuat mereka akan merdeka dari perbudakan. Namun mereka kecewa, sang Imam sama sekali tidak menyinggung keutamaan membebaskan budak.
Jumat berikutnya mereka menanti janji sang Imam. Namun, mereka kembali kecewa. Dua bulan lebih mereka menanti dan mereka hampir putus asa. Mereka menyangka sang Imam tidak menepati janjinya.
Setelah lewat tiga bulan, pada suatu Jumat, sang Imam berkhotbah dan menyerukan kepada penduduk kota Basrah agar membebaskan budak, lengkap dengan segala pahala dan keutamaannya. Usai shalat Jumat, ribuan budak dibebaskan. Para budak menangis bahagia. Di antara mereka ada yang mendatangi sang Imam dan protes, “Imam kenapa baru sekarang kau serukan, kenapa tidak sejak dulu saat kami minta kepadamu?”
Sang Imam menjawab, “Saat itu aku belum pernah membebaskan budak. Dan aku tidak punya uang untuk membebaskan budak. Aku bekerja keras untuk memiliki uang. Sampai akhirnya setelah tiga bulan, aku punya uang, lalu aku membeli seorang budak dan langsung memerdekakan. Barulah aku berani khotbah dan menyerukan pembebasan budak. Aku ingin menjadi orang yang pertama melakukan apa yang aku sampaikan.”
Barulah mereka mengerti kenapa ucapan Imam Hasan al-Bashri itu didengar oleh siapa saja.
_Habiburrahman el shirazy_
(Seputar Indonesia, Selasa 01 April 2008)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar