Rabu, 14 November 2012

Anak Semua Bangsa III


Pramoedya Ananta Toer
Lentera Dipantara
Jakarta, 2006


Keajaiban pengetahuan: tanpa mata yang melihat dia membikin orang mengetahui luasnya dunia. [419]

Umat manusia akan runtuh tanpa wanita.[436]

Manusia tetap yang dulu juga, ruwet dan pusing dengan nafsunya yang sama itu-itu juga.[436]

Terpelajar bisa berbuat keji karena yang terpelajar justru kekejiannya.[462]

Dalam pelik-pelik kehidupan ini, memang apa yang pernah kau pelajari di sekolah hanya permainan kanak-kanak, kau sudah dewasa untuk mengetahui hukum serigala yang berlaku dalam kehidupan diantara mereka, juga diantara kita.[462]

Kita memang tidak mempunyai kekuatan untuk melawan hukum....tapi kita masih punya mulut untuk bicara. Dengan mulut itu saja kita hadapi.[489]

Meniru apa saja yang baik dan bermanfaat justru tanda-tanda kemajuan,....semua pribadi dan bangsa memulai dengan meniru sebelum dapat berdiri sendiri.[487]

Orang rakus harta benda selamanya tak pernah membaca cerita, orang tak berperadaban. Dia takkan pernah perhatikan nasib orang. Apalagi orang yang hanya dalam cerita tertulis.[512]

Semua yang terjadi di bawah kolong langit adalah urusan setiap orang yang berpikir. Kalau kemanusiaan tersinggung, semua orang yang berperasaan dan berpikiran waras tersinggung, kecuali orang gila dan orang yang berjiwa kriminal, biarpun ia sarjana. [522]

Anak Semua Bangsa II


Pramoedya Ananta Toer
Lentera Dipantara
Jakarta, 2006


Wujud dan wajah manusia itu tetap sama, tidak lebih baik dari pada di jaman-jaman sebelumnya. Dia tetap makhluk yang tidak tahu apa sesungguhnya dia kehendaki. Semakin sibuk orang mencari-cari dan menemukan, semakin jelas, bahwa dia sebenarnya diburu-buru oleh kegelisahan hati sendiri. [143]

Mengarang adalah bekerja untuk keabadian, kalau sumbernya abadi, bisa jadi karangan itu menjadi abadi. [162]

Petani Jawa takut pada semua yang bukan petani, karena dari pengalaman berabad mereka mengerti tanpa sadarnya, semua yang berada di luar mereka secara sendiri-sendiri atau bersama adalah perampas segala apa dari diri mereka. [246]

Menulis bukan hanya untuk memburu kepuasan pribadi, menulis harus juga mengisi hidup.[280]

Nampaknya semua yang berpendirian harus di usir atau di tumpas.[297]

Semua yang menyenangkan umat manusia, semua yang mengurangi penderitaannya, kebosanannya, semua mengurangi kepayahannya, di jaman sekarang ini akan ditiru oleh seluruh dunia.[399]

Setiap orang harus jadi sumber keuntungan. Dari setiap sentimeter benang yang di tisikan pada bajunya yang sobek, dari setiap langkahnya yang di teguknya. Kelak mungkin dari setiap sentimeter kubik hawa yang dipernafaskan orang.[400]

Kadang-kadang saja menang, dan itu pun hanya sementara dan sebentar.[406]

Satu persen saja, telah menguasai ilmu pengetahuan...manusia yang sudah berubah itu akan bisa mengadakan perubahan atas keadaan dan berubah pula bangsanya, apalagi kalau di tambahkan modal padanya.[406]

Kebebasan, persaudaraan, dan persamaan untuk setiap orang, setiap dan semua bangsa manusia di atas bumi ini........sikap liberal.[407]

Bagaimana cara seorang pribumi bisa menjadi presiden? Apa dia kemudian tidak terjatuh pada kebiasaan raja-raja. Tidakkah kemudian akan timbul orang-orang lain yang ingin jadi seperti dia, dan perang berkecamuk terus menerus seperti isi Babad Tanah Jawi perang yang tidak ada habis-habisnya setiap orang lawan setiap orang, semua lawan semua.[408]

Modal besar ingin membikin seluruh pribumi menjadi kulinya. Tanah pribumi jadi tanah usahanya.[413]

Kebutuhan yang satu melahirkan kebutuhan yang lain, karena begitulah kehidupan.[415]

Yang tak bermodal hanya akan jadi kuli, tidak lebih, biar kepandaiannya setinggi langit, lebih pandai dari dewa-dewa Yunani dan Romawi sekaligus.[416]

Anak Semua Bangsa



Pramoedya Ananta Toer
Lentera Dipantara
Jakarta, 2006

Dengan rendah hati aku mengakui: aku adalah bayi semua bangsa dari segala jaman, yang telah lewat dan sekarang. Tempat dan waktu kelahiran, orang tua, memang hanya satu kebetulan, sama sekali bukan sesuatu yang sakral. [vi]

Jangan sampai punya terlalu banyak anak, kalau besar belum tentu berguna. [19]

Belajar berdiri sendiri ! jangan hanya jual tenaga pada siapa pun ! ubah kedudukan kuli jadi pengusaha, biar kecil seperti apapun; tak ada modal? Berserikat, bentuk modal ! belajar kerja sama ! bertekun dalam pekerjaan.[59]

Jarak peradaban itu, berapa pun langkahnya, tidak penting. Bagaimana pun yang kuat akan menelan yang lemah, biarpun yang kuat itu hanya kecil.[69]

Hanya nama sebangsa pohon yang membikin kuning bukit-bukit bila mulai berbunga.[88]

Sepandai-pandainya ahli yang berada dalam kekuasaan yang bodoh mereka akan ikut juga menjadi bodoh.[88]

Bagaimana benih yang tidak sempurna akan punah sebelum berbuah.[105]

Jangan remehkan satu orang, apalagi dua, karena satu pribadi pun mengandung dalam dirinya kemungkinan tanpa batas.[108]

Karena kau menulis, suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari.[112]

Setiap bangsa yang terbelakang dijajah oleh bangsa yang maju.[112]

Kesulitan terbesar hanyalah karena kehabisan teman.[114]

Dengan ilmu pengetahuan modern, binatang buas akan menjadi lebih buas, dan manusia keji akan semakin keji. Tapi jangan dilupakan, dengan ilmu pengetahuan modern binatang-binatang yang sebuas-buasnya juga bisa di tundukan.[119]

Dulu suatu bangsa bisa hidup aman di tengah-tengah padang pasir atau hutan, sekarang tidak. Ilmu pengetahuan modern mengusik siapa saja dari keamanan dan kedamaiannya. Juga manusia sebagai makhluk sosial dan sebagai individu tidak lagi merasa aman. Dia dikejar-kejar selalu, karena ilmu pengetahuan modern memberikan inspirasi dan nafsu untuk menguasai; alam dan manusia sekaligus. Tak ada kekuatan lain yang bisa menghentikan nafsu berkuasa ini kecuali ilmu pengetahuan itu sendiri yang lebih unggul, di tangan manusia yang lebih berbudi. [123]

Rupa-rupanya demam mencari hal-hal baru, alat-alat baru, tidak membiarkan orang boleh puas dengan keadaannya. Orang keranjingan segala apa yang baru, kesopanan baru tingkah laku baru, ...... yang jauh dari baru dianggap manusia sisa jaman tengah. Baru, baru, baru sampai orang dipaksa melupakan, pada hakikatnya kehidupan tetap sama, tetap yang kemarin juga. Orang menjadi kekanak-kanakan seperti bocah sekolah, seakan dengan yang baru kehidupan bisa lebih baik dari pada yang kemarin....inilah jaman baru, minke. Yang tidak baru dianggap kolot, orang tani, orang desa.[142]