Tulisan ini saya awali dengan sebuah prolog berdialog dengan “Satu Detik” yang diambil dari tulisan Jasiem M. Badr al-Muthawi (Risalah Gusti; 2001)
Pada suatu hari aku duduk dan menghadapkan hati ini ke hadirat Allah sambil menyesali rentangan usia yang telah kulalui. Ku panggil satu detik dari waktu hidupku. Aku katakan kepadanya ;
+ “Aku harap agar engkau mau kembali kepadaku, supaya aku dapat menggunakanmu untuk berbuat kebaikan.”
_ “Sesungguhnya tidak ada waktu yang sudi berkompromi untuk berhenti.”
+ “Wahai detik...aku memohon, kembalilah padaku agar aku dapat memanfaatkanmu dan mengisi kekuranganku pada dirimu.”
_ “Bagaimana aku dapat kembali padamu, padahal aku telah tertutup oleh perbuatanmu?”
+ “Coba lakukanlah hal yang mustahil itu dan kembalilah padaku! Betapa banyak detik-detik selainmu yang ku sis–siakan.”
_ ”Seandainya kekuasaan ada di tanganku, pastilah aku kembali padamu, namun tiada kehidupan bagiku. Dan itu terlipat oleh lembaran-lembaran amalmu dan serahkan kepada Allah.”
+ “Apakah mustahil, jika engkau kembali kepadaku, padahal saat ini engkau sedang berbicara kepadaku?”
_ “Sesungguhnya detik-detik dalam kehidupan manusia, ada yang dapat menjadi kawan setianya dan adakalanya ia menjadi musuh besarnya. Aku adalah termasuk detik-detik yang menjadi musuh mu dan yang akan menjadi saksi atasmu di hari kiamat kelak. Mungkinkah akan ketemu, dua orang yang saling bermusuhan?”
+ “Duhai, alangkah menyesalnya aku. Betapa aku telah sering menyia-nyiakan detik-detik dalam perjalanan hidupku! Tetapi sekali lagi kumohon sekiranya angkau sudi kembali kepadaku, niscaya aku akan beramal saleh “di dalammu” yang pernah kutinggalkan.”
Maka detik itu terdiam, tidak mengeluarkan sepatah katapun. Aku pun lantas memanggilnya ;
+ “Wahai detik, tidakah engkau dengar panggilanku? Kumohon jawablah....”
“Wahai orang-orang yang lalai akan dirinya, wahai orang yang menyia-nyiakan waktu-waktunya ... Tahukah engkau, saat ini, demi mengembalikan satu detik saja, sesungguhnya engkau telah menyia-nyiakan beberapa detik umurmu. Mungkinkah engkau dapat mengembalikan mereka pula? Namun aku hanya dapat berpesan kepadamu.”
“Sesungguhnya segala perbuatan yang baik itu menghapuskan dosa segala perbuatan yang buruk.”
Lembaran Jum’at Ummul Euro, Edisi 24 tahun ke-6 [2002]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar