KATA PENGANTAR
“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (Q.S. Ali Imran: 150)
Kehidupan ditakdirkan untuk berbeda dan dari perbedaan itulah kita akan temui bentuk kebijaksanaan. Namun manusia adalah manusia, kebijaksanaan pun diterjemahkan menurut tafsiran masing-masing pribadi, ada kebijakan yang benar-benar bijak ada pula kebijakan yang membebankan/mempersulit orang lain.
Dari perbedaan kebijakan dan dari perbedaan penafsiran kebijakan, maka akan terbentuk dua kubu, yaitu kubu Pro dan kubu Kontra dari sinilah semua akan berawal.
BAB I PENDAHULUAN
Makar, pemberontakan, kudeta dan kup, mempunyai persamaan arti yaitu pengambilalihan kekuasaan dengan kekerasan. Salah satu pemberontakan fenomenal dalam sejarah Indonesia adalah pemberontakan gerakan 30 September yang kita kenal dengan G 30 S/PKI, yang sampai kini sejarahnya masih diburamkan kebenarannya. Pemberontakan pada jaman sekarang yang fenomenal adalah Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
Penyebab terjadinya makar itu sangat banyak, salah satunya yaitu ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah, merasa didhalimi oleh pemerintah atau karena merasa dikalahkan dalam berpolitik. Yang miris pada jaman sekarang adalah adanya kelompok yang menamakan sebagai Barisan Sakit Hati.
Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah makar itu di perbolehkan? Dan apakah dengan makar akan mendapat solusi untuk kesejahteraan rakyat suatu negara?.
BAB II MAKAR
A. Makar Sebuah Dilema
“Sesunguhnya bila seseorang menyaksikan tindak kedhaliman, kemudian ia tidak berusaha untuk menghentikan dengan tangannya, atau bahkan ragu tentang kedhaliman tersebut, maka Allah akan ratakan siksa si antara mereka.” (HR. Tirmidzi, sahih)
Apakah yang akan anda lakukan atau apakah yang sudah anda lakukan dari kedhaliman yang telah membumi ditanah ibu pertiwi ini?. Telah terlihat dengan mata kepala kita sendiri kedhaliman apa saja yang telah dilakukan oleh pemerintah terhadap kaum jelata, contoh kecilnya seperti lebih terpihaknya para pamong terhadap warga yang perekonomiannya lebih milyaran dari pada warga yang mengandalkan pada BLT. Kasus selanjutnya adalah Tanjung Periuk, pembantaian warga yang sedang pengajian, dan para ulama yang dipenjarakan tanpa alasan yang cukup masuk akal. Apakah kita akan diam saja?.
Ketika Amrozi dan kawan-kawannya meledakan night club di Bali apakah anda akan mengatakan itu pertunjukan yang spektakuler, setelah anda melihat korban-korbannya?. Menurut mereka pekerjaan mereka itu benar karena atas dasar Jihad.
Ketika anggota Front Pembela Islam mengobrak-abrik tempat billyard, warung kecil dan tukang koran, majalah di kaki lima. Apakah anda akan mengatakan itu bagus, ketika anda melihat korban-korbannya adalah rakyat kecil yang mencari penghidupan untuk keluarganya, bahkan mungkin anak dari pedagang kaki lima itu ada yang sedang sekolah. Menurut mereka apa yang mereka lakukan untuk menghentikan tindak kedhaliman.
Pemerintah mengatasnamakan keamanan negara untuk menangkap para pengganggu keamanan, dan para pengganggu keamanan terus mengatakan tindakan mereka adalah benar.
Semua merasa yang paling benar atas tindakannya, dan apakah untuk menyatakan kebenarannya harus ada korban?.
Dari Hudzaifah Ibnul Yaman berkata, bersabda Rasul, “Akan datang sesudah ku para pemimpin, mereka mengambil petunjukku, dan juga tidak melaksanakan sunahku dan kelak akan ada para pemimpin yang hatinya seperti hati syaiton dalam jasad manusia.” Maka aku berkata, “Ya Rasulullah apa yang aku perbuat jika aku mendapati hal ini?” beliau berkata, “Hendaklah engkau mendengar dan taat pada Amirmu, walaupun dia memukul punggungmu dan merampas hartamu.” (HR. Muslim)
B. Makar Dalam Hadis
“ Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak Mengetahui.” (QS. An Nuur: 19)
Nabi melarang mencela, memaki para penguasa dan menyebarkan aib mereka. Beliau memerintahkan untuk menasihati mereka dengan cara yang baik dan mendo’akan kebaikan.
“Janganlah kalian mencela pemimpin kalian dan janganlah mendengki mereka, janganlah kalian membenci mereka bertakwalah kepada Allah. Bersabarlah karena urusan ini sudah dekat.” (HR. Ibnu Abi Ashim disahehkan al Albania)
Tidak ada toleransi bagi pemberontak pada penguasa, ketika mereka (pemerintah) tidak mau mendengar yang ada adalah perintah untuk bersabar. Dari Wail bin Hujr berkata, kami bertanya “Ya Rasulullah bagaimana pendapatmu jika penguasa kami merampas hak-hak kami dan meminta hak-hak mereka?” bersabda Nabi “Mendengar dan taatlah kalian pada mereka. Maka sesungguhnya bagi merekalah balasan amalan mereka dan bagi kalianlah pahala atas kesabaran kalian.” (HR. Muslim).
Rasul melarang menyebarkan aib penguasa dan kesalahannya di atas mimbar-mimbar dan majelis-majelis, karena hal ini akan menyebabkan tersebarnya kejelekan.
“Penguasa adalah naungan Allah di muka bumi, barang siapa yang menghinakan penguasa maka Allah akan menghinakannya, barang siapa yang memuliakan penguasa maka Allah akan memuliakannya.” (HR. Ibnu Abi Ashim, Attirmidzi)
“Dan taatlah kepada Allah dan rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al Anfal: 46)
BAB III PENUTUP
Kesabaran itu tiada batas, keimanan itu akan selalu di uji demi peningkatannya. persimpangannya adalah, apakah yang diperbuat Amrozi dan kawan-kawan itu adalah perbuatan makar ataukah itu hanya bentuk keprihatinan terhadap kedhaliman yang semakin membumi? Dan apakah sangsi pemerintah sesuai dengan perbuatan para pelaku tersebut?.
Atas semua keterbatasan makalah ini, kami minta maaf sedalam-dalamnya, kesempurnaan hanya milik Allah “Seandainya keindahan ilmu dapat dilukiskan dalam guratan kanvas, tentu akan lebih indah dari lukisan mentari dan rembulan” (Imam Ibnu al-Qayyim). Semoga makalah ini membuahkan manfaatnya untuk anda.
DAFTAR PUSTAKA
Kumpulan Hadis-hadis Tentang Pemberontakan
Abdillah, Pius.Kamus Ilmiah. Surabaya: Arkola.
Majalah As silmi Edisi 8 April 2006/1427 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar