Dimensi yang tak kasat mata, batiniah atau ruhaniah, kerap diabaikan. Tak jadi patokan, tak jadi ukuran, bahkan tak laik diterapkan.
Pengabaian itu seperti mengusir bahkan membunuh setengah dari alasan keberadaan atau kenyataan manusia. Tak heran jika tema-tema cinta, bahagia, tobat dan sebagainya kini digunjing dan dicari. Termasuk imajinasi. Hal terakhir ini yang sering bukan hanya disepelekan tapi juga sengaja diluputkan. Sementara, dalam hal itulah sesungguhnya manusia dan kebudayaannya memiliki satu fitrah yang tidak dimiliki makhluk lain: kemajuan.
Sempit dan miskinnya daya imajinatif kita, disegala lapis generasi, membuat ideal-ideal hidup beku, tak bervariasi, cetek dan berjarak (waktu) pendek. Tersiksalah kita sesungguhnya.
Bagaimana misalnya, kita membayangkan diri kita sendiri, berdasar sebuah fiksi.
_RADHAR PANCA DAHANA_
_KOMPAS_
Tidak ada komentar:
Posting Komentar