Kamis, 29 Desember 2011

“ GEDUNG SATE “

Ensiklopedia
[Republika, Ahad 25 Februari 2007]

Disebut Gedung Sate karena di puncak atap menaranya ada ornamen tusuk sate. Bentuk menara dan ornamen tusuk sate ini pun menjadi landmark Jawa Barat. Ada enam sate dalam tusukan itu yang menandakan biaya yang dibutuhkan untuk membangunnya 6 juta Gulden.

Gedung ini mulai di bangun pada tahun 1920. semasa pemerintahan Hindia Belanda, gedung ini di sebut Gouverments Bedrijven (BG). Peletakan batu pertama pada 27 Juli 1920 oleh putri sulung Wali Kota Bandung waktu itu Johanna Catherina dan wakil dari Gubernur Jenderal di Batavia Petronella Roelosen.


Gedung ini dirancang oleh Ir. J Gerber, Ir. Eh De Roo dan Ir. G Hendriks. Sebanyak 2000 pekerja yang dilibatkan untuk membangunnya, di tambah 150 pemahat batu dari kebangsaan Cina yang beasal dari Konghu [Kanton]. Mereka di bantu tukang batu, kuli aduk, dan peladen yang berasal dari kampung Sekeloa, coblong Dago, Gandok dan Cibarengkok. Para kuli ini sebelumnya ikut membantu pembangunan Gedong Sirap [kini kampus ITB] dan Gedong Bapak [kini Balai Kota].

Bangunan induk, kantor pusat pos, telepon dan telegraf [PTT] selesai dalam waktu empat tahun. Arsitekturnya bergaya tradisional Nusantara bepadu dengan arsitektur Eropa. Batu-batu berbentuk candi Borobudur, bentuk-bentuk ornamen dinding bergaya Eropa. Untuk jendela Gerber mengambil tema Moor, Spanyol, sedangkan untuk bangunannya adalah Rennaisance, Italia. Bentuk menaranya menyerupai pagoda di Thailand atau pura di Bali. Pada tahun 1950 banyak yang mengklaim bahwa gedung ini adalah gedung yang terindah di Indonesia.

Dinding dibuat dengan kepingan batu 1x1x2 m, diambil dari kawasan Arcamanik dan Gunung Manglayang, di sebelah timur Bandung. Luas lahannya mencapai 27.990.859 m², luas bangunannya 10.877.734 m² . Bangunan terdiri dari lantai dasar seluas 3.039.264 m², lantai pertama seluas 4.062.553 m², teras lantai kedua seluas 212,976 m², menara seluas 121 m², teras menara seluas 205.167 m². Ruangan di menara sekarang digunakan Kafe dengan pemandangan sebelah utara Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat yang bergaris lurus dengan Gunung Tangkupan Perahu di Lembang, sebelah selatan bergaris lurus dengan Gunung Malabar.

Sejak tahun 1945 gedung yang terletak di Jl. Diponegoro ini dipakai sebagai kantor Gubernur Jawa Barat. Sebelumnya Gubernur berkantor di Gedung Kerta Mukti di Jl. Braga, Bandung. Di sebrang Gedung Sate di bangun Lapang Gasibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar